Mobile Apps

Menu

Iklan

Miris, Murid SD Negeri 0574627 Adnin Tengah Salapian Belajar Ditikar Beralaskan Tikar

KOMPAS NUSA
Selasa, 12 November 2024, Selasa, November 12, 2024 WIB Last Updated 2024-11-12T14:05:33Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

Langkat||Kompasnusa2.com

Sungguh miris murid SDN 0574627 Adnin Tengah, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat belajar dilantai beralaskan tikar. 


Sekolah yang dibangun sejak puluhan tahun silam sampai saat ini kondisinya masih sangat memprihatinkan. Kondisi bangunan sekolah terlihat ada yang telah hancur di bagian jendela dan flavonnya hampir runtuh. Selain itu tiang bendera pun tak ada terpasang. 


Kabupaten Langkat dengan kemegahan potensi sumber daya alamnya, namun masih ada kisah pilu dari anak-anak Desa Adnin Tengah, Kecamatan Salapian yang setiap harinya belajar tanpa meja dan kursi. 


Kondisi seperti ini mengakibatkan proses belajar mengajar tidak maksimal. 


Para siswa terlihat tetap bersemangat sekalipun hanya belajar dilantai beralaskan tikar. Guru tetap mengajar dan berusaha agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Sekolah ini seolah dibiarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat tanpa perhatian, meskipun letaknya di negeri Langkat Bertuah yang kaya akan sumber daya. 


Informasi yang diperoleh oleh awak media dari warga setempat, menceritakan bahwa sekolah mereka sudah bertahun-tahun dalam kondisi seperti ini tanpa adanya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Langkat. "Sekolah ini dengan jumlah siswa-siswi sekira 60 orang, dengan jumlah guru PNS yang sangat minim sekira 2 orang, dan guru honorer sekira 4 orang, " ujar warga setempat, Selasa (12/11/24). 


"Anak-anak tetap semangat datang ke sekolah, belajar meski hanya beralaskan tikar. Tentu saja ini sangat mengganggu proses belajar mengajar, " sambung warga setempat ".


Salah seorang guru honorer yang mengajar disekolah ini mengatakan, pihak sekolah sudah berkali-kali mengajukan permohonan bantuan fasilitas kepada pihak berwenang melalui Pemerintah Desa saat Musrenbang Desa, dan Musrenbang Kecamatan, tetapi hingga saat ini belum ada tindak lanjut, " ujar seorang guru honorer yang tidak ingin disebutkan namanya dengan nada prihatin. 


Sungguh ironis, mengingat betapa besarnya anggaran pendidikan dari Pemerintah Pusat yang seharusnya dialokasikan untuk memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan yang layak. 


Sangat disayangkan, sering kali anggaran ini tidak sepenuhnya sampai ke sekolah-sekolah di daerah yang terisolir membutuhkan. 


Berbagai kasus korupsi anggaran dana BOS dan anggaran pendidikan lainnya mendapat sorotan, seolah-olah Pemerintah mengabaikan kebutuhan anak-anak yang haus akan ilmu pengetahuan. 


Para siswa sekolah tersebut mengungkapkan, belajar tanpa meja dan kursi bukan hal yang mudah. "Kadang kaki kami pegal karena terlalu lama bersila, pak, " ucap para siswa dengan polosnya ".


Keterbatasan ini tidak menyurutkan semangat siswa untuk terus datang ke sekolah. 


Selain belajar tanpa meja dan kursi, tiang bendera tak terpasang. 


Pada saat musim hujan, ruang belajar mereka tergenang air dikarenakan atap seng sekolah pada bocor sehingga tikar tempat mereka belajar pun basah sehingga mereka harus masuk siang. Masyarakat Langkat, khususnya berharap besar pada Pemerintah Kabupaten Langkat dan para pemangku kebijakan jangan tutup mata dan memperbaiki sekolah ini. 


Anggaran pendidikan harus memadai serta dikelola dengan jujur dan transparan agar tak ada lagi anak-anak yang belajar tanpa meja dan kursi, apalagi tanpa tiang bendera untuk menyaksikan Sang Merah Putih berkibar. 


Kisah anak-anak yang belajar beralaskan tikar di SDN 0576427 Adnin Tengah, Kecamatan Salapian adalah potret kecil dari kondisi pendidikan yang memprihatinkan di beberapa daerah di Republik Indonesia. 


Masyarakat setempat menanti perubahan nyata dari para pemimpin dan pemangku kebijakan, agar fasilitas pendidikan tidak hanya janji-janji palsu, tetapi juga menjadi hak yang terwujud bagi setiap anak negeri. 


Cerita memprihatinkan ini terungkap ke publik pada debat kedua Pilkada Langkat 2024, yang berlangsung Senin (11/11/24), bertempat di Arya Duta Hotel Medan. 


Dalam debat tersebut, pasangan calon nomor urut 02 Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring, dengan jargon BISA menyoroti sekolah-sekolah yang jauh dari kata layak, seperti SD Negeri 0574627, Adnin Tengah, Kecamatan Salapian


Pasangan Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap fasilitas pendidikan yang minim, dimana anak-anak harus belajar dilantai beralaskan tikar, bahkan tiang bendera. 


Menurut mereka, kondisi ini tidak hanya mencerminkan kurangnya perhatian pemerintah, tetapi juga menunjukkan perlunya reformasi menyeluruh dalam pengelolaan anggaran pendidikan di Langkat. Namun keprihatinan mereka terhadap kondisi sekolah SD Negeri yang tidak  ada meja dan kursi mendapat cemooh dari pendukung paslon nomor 01, Syah Afandin-Tiorita Br Surbakti, menuding pasangan calon nomor urut 02, Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring menebar kebencian atau hoax. 


Calon Wakil Bupati Langkat Adli Tama Sembiring berjanji, prioritaskan fasilitas pendidikan di Langkat.


"Kami berjanji, jika terpilih, prioritas utama kami adalah memastikan fasilitas pendidikan yang layak diseluruh sekolah di Langkat," ujar Adli Tama Sembiring dengan tegas. 


Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring menegaskan bahwa pendidikan berkualitas harus menjadi hak semua anak, bukan hanya mereka yang berada di wilayah tertentu atau beruntung mendapatkan perhatian lebih. 


Paslon Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring menggarisbawahi perlunya pengawasan ketat terhadap anggaran pendidikan, agar tidak ada lagi anak-anak yang harus belajar beralaskan tikar. 


"Sudah saatnya Langkat berbenah dan memberikan yang terbaik untuk generasi masa depan kita, " tambah Iskandar Sugito ditengah sorakan audiens yang mendukung visinya. 

(Tolhas Pasaribu)

Komentar

Tampilkan

Terkini

+
?orderby=published&alt=json-in-script&callback=labelthumbs\"><\/script>");