Sumut||Kompasnusa2.com
Diduga ramainya pemberitaan tentang adanya dugaan oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ikut cawe cawe dalam suatu pertemuan dihadiri beberapa tokoh agama dan masyarakat dengan salah satu kandidat calon kepala daerah (Cakada) yang akan maju pada bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 diduga pertemuan itu dilaksanakan di Posko pemenangan dr. Asri Ludin Tambunan atau sering dikenal dengan sebutan dr. Aci yang berpasangan dengan Lom Lom Suwondo, dan diketahui dr Aci yang saat ini masih aktif sebagai Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Deli Serdang mencoba peruntungan menjadi Calon Bupati Deli Serdang" kamis(22/08/24).
Buntut dari beredarnya pemberitaan dugaan oknum ASN cawe cawe tersebut membuat sejumlah wartawan yang patut diduga berpihak kepada salah satu Paslon yang maju tersebut menjadi kepanasan, dan terkesan marah.
Hal itu terlihat saat adanya seorang wartawan yang dianggap netral diminta untuk men takedown pemberitaan mengenai adanya pertemuan oknum ASN, beberapa tokoh agama dan masyarakat dengan salah satu Paslon tersebut diduga di Posko pemenang pasangan bakal calon tersebut.
Informasi yang dihimpun, awalnya pada Rabu siang (21/8/2024) salah seorang Wartawan memberitakan masalah pertemuan tersebut yang dihadiri oleh ASN (Camat Galang) itu merasa diintervensi oleh oknum Wartawan lainnya yang berinisial RD diduga adalah salah satu pendukung cakada tersebut.
RD diduga selain melakukan intervensi wartawan yang memberitakan dugaan ASN cawe cawe itu mengajak untuk duel sampai ada bahasa yang keluar ingin memecahkan kepala dengan gelas.
Menurut wartawan tersebut, hal yang tidak pantas itu dilakukan oleh wartawan berinisial 'RD' yang merasa sudah senior tersebut coba mengajak duel.
" Gak pantas rasanya bang, kalau dirinya menyebutkan sudah senior, namun ketika ada pemberitaan seperti ini si RD itu merasa kepanasan dan pakai emosi, seharusnya kalau memang merasa sudah senior si RD harusnya buat berita bantahannya dan konfirmasi kepada oknum ASN tersebut benar atau tidaknya berita tersebut, bukan main fisik", sesal wartawan yang diajak duel tersebut.
Terkait peristiwa tersebut, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Persatuan Wartawan Fast Respon Nusantara Counter Berita Polri (DPW PW FRN CBP) Sumut Roy Nasution sangat menyayangkan hal ini bisa sampai terjadi, zaman yang sudah canggih, era digital masih saja selalu menggunakan dengan kekerasan, sebagai wartawan tidak etik mengintervensi pemberitaan di media lain.
"Sungguh ironis wartawan seperti ini masih dipertahankan oleh pimpinannya, sebab yang namanya wartawan harus netral dan tidak memihak kepada satu Paslon pun. Sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Pasal 1 KEJ menyatakan wartawan Indonesia Bersikap Independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk, kemudian wartawan itu jurnalis yang sifat dasarnya menulis bukan arogan dengan main fisik yang berimbas dengan kekerasan tindak kriminal, Zaman sudah canggih dan era digital, gak zaman lagi dengan otot, dan yang perlu diketahui lagi bahwa seorang wartawan tidak beretika dengan mengintervensi pemberitaan di media lain, setiap wartawan punya naungan medianya masing masing yang mengikuti aturan, kode etik dan perundang undangan yang ada di Indonesia", ucapnya kepada awak media Kamis (22/8/2024).
Menurutnya, Dalam hal ini penafsiran kata berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata - mata untuk menimbulkan kerugian pada pihak lain.
"Begitu juga dengan kalimat, "Memberitakan Secara Berimbang", ini tertuang di Pasal 3 KEJ bermakna memberikan ruang ataupun waktu pemberitaan kepada masing - masing pihak secara proporsional. Bukan malah mengintervensi pemberitaan dengan meminta berita agar di take down", bebernya lagi.
"Saya menilai, sambung Roy Nasution, bahwa oknum wartawan berinisial RD tersebut mencoba menakut - nakuti ataupun disebut intervensi kepada wartawan yang menuliskan berita tentang adanya cawe - cawe Camat Galang tersebut. Sebab ada dugaan oknum wartawan berinisial RD tersebut memihak salah satu Paslon, jadi sangat tidak pantas oknum tersebut disebut wartawan tapi disebut Timses. Jadi lepaskan saja embel - embel wartawan itu baru namanya pemain", tutupnya.
(Dede S)