Depot Pertamina Medan Labuhan |
MEDAN || Kompasnusa2.com - Sekretaris Polri Watch Provinsi Sumatera Utara, Drs. Sidik Surbakti berharap PT. Petronusa segera mengakomodir keluhan para pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terkait kebijakan auto schedule yang ditunjuk oleh PT. Pertamina Patra Niaga, dan diterapkan oleh PT. Elnusa Petrofin.
Kepada media, pada Selasa (27/08/24) didampingi oleh Aktivis, dan Pengamat Perikanan dan Sosial Masyarakat, Enda Satria, menurut Drs. Sidik Surbakti, bahwa kebijakan ini telah memberikan dampak signifikan, terutama dalam bentuk kerugian finansial yang dirasakan oleh para pengusaha SPBU.
Sidik menjelaskan, kebijakan auto schedule yang diterapkan tanpa adanya konsultasi terlebih dahulu dengan para pengusaha SPBU telah mengganggu operasional mereka.
"Banyak pengusaha SPBU yang mengalami kerugian akibat jadwal pengiriman bahan bakar yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Akibatnya, stok bahan bakar di SPBU menjadi tidak stabil dan memengaruhi penjualan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (27/8).
Menurutnya, PT. Petronusa seharusnya melakukan dialog dan mencari solusi yang tepat agar kebijakan ini tidak merugikan pihak lain. "Kami berharap PT. Petronusa mendengar dan menanggapi keluhan dari para pengusaha SPBU dengan serius. Penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan dampak kebijakan terhadap mitra bisnisnya," tambahnya.
Sidik Surbakti juga mengingatkan pentingnya kerjasama yang baik antara perusahaan dan para pengusaha SPBU demi menjaga stabilitas ekonomi dan kelancaran distribusi bahan bakar di seluruh Indonesia, khususnya Sumatera Utara, tutupnya.
Terpisah, terkait keluhan ini, para pengusaha SPBU berharap adanya solusi yang bisa meringankan beban mereka dan menghindari kerugian lebih lanjut di masa mendatang. Dampak auto schedule terhadap pemilik SPBU dapat menyebabkan kerugian finansial dan waktu akibat beberapa faktor berikut:
1. Keterlambatan Pengiriman Bahan Bakar:
Auto schedule yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan jadwal operasional SPBU dapat menyebabkan keterlambatan dalam pengiriman bahan bakar. Hal ini membuat stok bahan bakar di SPBU menjadi tidak mencukupi, yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan penjualan karena SPBU tidak dapat melayani pelanggan secara optimal. Penurunan penjualan ini tentunya berdampak langsung pada pendapatan SPBU.
2. Overstock atau Understock.
Jika pengiriman dilakukan secara otomatis tanpa memperhatikan kapasitas penyimpanan atau permintaan aktual, SPBU bisa mengalami overstock (kelebihan stok) atau understock (kekurangan stok). Overstock menyebabkan biaya tambahan untuk penyimpanan, sementara understock mengakibatkan hilangnya potensi pendapatan karena tidak tersedianya bahan bakar yang dibutuhkan pelanggan.
3. Biaya Operasional Tambahan:
Keterlambatan atau ketidaksesuaian pengiriman juga dapat menyebabkan pemilik SPBU harus mengeluarkan biaya tambahan untuk penyimpanan sementara, atau bahkan harus memesan bahan bakar dari sumber alternatif dengan biaya yang lebih tinggi. Selain itu, jika SPBU terpaksa harus menutup operasional sementara karena kehabisan stok, pemilik juga menanggung kerugian dari sisi biaya operasional tetap yang harus tetap dibayar meskipun tidak ada pendapatan.
4. Waktu dan Efisiensi Operasional:
Auto schedule yang tidak sesuai juga mengganggu efisiensi operasional SPBU. Pemilik SPBU mungkin harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengelola pengiriman yang tidak sesuai, melakukan penyesuaian jadwal, atau menangani keluhan pelanggan akibat ketersediaan bahan bakar yang tidak stabil.
Hal ini menyebabkan penurunan produktivitas dan peningkatan beban kerja yang seharusnya bisa dihindari.
(Tim)